Wednesday, 6 January 2016

Derita Pelajar Jangkung


Dari jaman bokap gue masih suka garuk-garuk pantat pake mesin jait sampe akhirnya jadi mesin jait yang suka garuk-garuk bokap gue pake pantat, semua orang pendek kalo ditanya apa keinginannya pasti jawabannya selalu sama: pengin tinggi! Hal itu terjadi karena orang-orang yang berbadan tinggi biasanya terlihat lebih keren, lebih gagah, atau lebih ideal dibandingkan dengan orang-orang yang buat metik rumput aja masih harus jinjit. Padahal orang tinggi tuh nggak selamanya begitu. Contohnya aja gue; cowok tinggi, kurus, kulitnya dekil, dakinya tebel, keteknya bau limbah pabrik, udah gitu sering dicontekin pas ujian. Nggak ada keren-kerennya kan?


Tinggi badan gue berani melawan tinggi badan nyokap. Dasar anak durhaka!


Gue memang memiliki badan yang sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata tinggi badan orang Indonesia pada umumnya. Badan yang jangkung ini membuat gue bangga, karena gue biasanya jadi pusat perhatian orang-orang, terutama kalo gue lagi berjalan di tengah keramaian. Orang-orang yang sedang berada di sekeliling gue biasanya suka ngeliatin dengan tatapan seperti sedang heran yang dipadukan dengan rasa penuh kebencian, seakan dia ingin bilang, “Kaki gue jangan diinjek! Sakit, goblok!”

Meskipun gue bangga dengan badan yang jangkung karena nggak ada hal lain yang bisa dibanggain dari diri gue, tapi gue juga jadi sering kerepotan sendiri akibat memiliki badan yang seperti ini. Berikut ini merupakan hal-hal yang bikin gue kerepotan karena terlahir jangkung:

Sering kepentok

Walaupun tinggi badan gue nggak sampe 180 cm, tapi kepala gue yang nggak ada isinya ini sering menjadi korban dari suatu musibah bernama kepentok, kejedot, kebentur, kerasukan Reza, dan semacamnya. Pintu angkot, pintu ruangan yang kependekan, dan pintu ajaib milik Doraemon adalah segelintir saksi yang menyaksikan langsung ketika jidat gue mulai memuai dan bertambah jenong setelah berbenturan dengan mereka. Kalo ada penghargaan untuk orang-orang yang paling sering kepentok sepanjang hidupnya, pasti gue udah terdaftar sebagai kandidat juara.

Sering pegel

Keluhan lainnya adalah badan gue sering terasa pegel, terutama di bagian leher, pinggang, serta punggung. Benda-benda yang ada di Indonesia seringkali tidak cocok dipakai oleh orang tinggi. Contohnya aja Kaki-kaki mejanya di sekolah gue yang terlalu pendek, membuat dengkul gue jadi susah masuk. Sekalinya udah masuk, dengkul gue nyangkut dan susah keluar. Selain meja, kursi-kursi di sekolah gue juga ngeselin. Sandaran kursinya terlalu pendek. Sering duduk berjam-jam di kursi tersebut membuat gue menjadi lebih sering terlihat seperti kakek-kakek encok berseragam putih abu-abu dibandingkan dengan seorang pelajar.


Itu gue abis encok, bukan kakek-kakek yang suka jualan ayam di mal.

Sering disuruh metik buah

Kalo lagi musim buah tertentu yang gampang dipetik pake tangan, gue sering dijadikan sebagai babu dadakan untuk memetik buah tersebut. Kuping gue juga udah hapal sama kalimat perintah yang model begini:

“Dhik, lu kan tinggi, petikin buah jambu dong!”

“Dhik, lu kan tinggi, petikin buah mangga dong!”

“Dhik, lu kan mesum, petikin buah dada gue dong!”

Sialnya, kalimat perintah yang terakhir itu nggak pernah mampir di telinga gue. Itu hanya impian kosong yang tak akan pernah terwujud. JADI TOLONG SURUH GUE UNTUK METIK BUAH ITU! SEMUA PEREMPUAN PENDEK-YANG-BERDADA-SEBESAR-GARDU-PLN YANG KENAL SAMA GUE, TOLONG SURUH GUE PETIK BUAH ITU!!! TOLOOONG!!!

Abis ini pasti gue bakal diajak ke masjid sama pacar, kemudian dia akan mengambil kotak amal untuk dipake nabokin gue sampe tewas. Setelah itu gue akan dibaringkan di dalam keranda mayat. Kemudian gue diputer, dijilat, dan dicelupin ke dalam lobang kuburan. Yang lebih canggih, dia ngegali lobang kuburan tersebut dengan tangan dan keringatnya sendiri! Pacar gue memang perempuan yang tangguh dan sholehah! Sedangkan gue adalah laki-laki cemen. Pipis di toilet sekolah aja masih sering minta ditemenin. Kadang malah suka minta dipegangin.

Iya, gue secemen itu.

Nggak usah ngehina.

Dibilang sering makan galah

Kucing gue yang kerjaannya cuma kawin, tidur, dan malak tukang ikan di pasar pun mungkin juga ngerti kalo batang bambu yang biasa dipake buat nyodok buah itu sama sekali nggak mengandung kalsium untuk menambah tinggi badan. Tapi yang ngebuat gue heran adalah kenapa setiap orang yang ingin menanyakan tips menambah tinggi badan ke gue, mereka pasti langsung berasumsi kalo nyokap gue sering ngejadiin galah sebagai menu masakan sehari-hari. Entah hal apa yang mengilhami mereka sehingga bisa berpikir seperti itu. Mungkin karena mereka kebanyakan nelen micin.


Kucing gue kebanyakan nelen micin.


Sering dimintain tinggi badan

“Lu tinggi banget sih, Dhik! Bagi-bagi ke gue dong tingginya!”

“Bagi tinggi lu dong biar gue bisa tinggi juga!”

“Pacar lu buat gue dong!”

Gue nggak tau orang-orang yang suka minta tinggi badan ke gue itu selama di sekolah belajar apaan. Walaupun gue bukan anak IPA, tapi gue nggak bego-bego banget. Sampe hubungan antara bokap gue dengan mesin jait retak pun, tinggi badan nggak bakal bisa disedekahin. Kalo bisa disedekahin, pasti sekarang gue nggak perlu pake eskalator lagi untuk sampai di lantai tiga dalam sebuah mal. Agama yang gue imani mengajarkan jika ada seseorang bersedekah, maka rezeki yang akan balik ke dia bisa sepuluh kali lipat dari yang dia kasih. Ini pasti akan makin menyiksa gue. Makanya gue sama sekali nggak berani untuk menyedekahkan tinggi ini ke kalian wahai kawan-kawanku yang cebol. Gue nggak mau kalo nanti gue bakal jadi susah buat nyari celana jeans yang muat. Gue nggak tega kalo nanti pipis gue bisa membuat Jakarta makin sering kebanjiran, Bogor makin sering keujanan, dan masyarakat Indonesia semakin dilanda kemiskinan.

Nggak gitu juga sih. Guenya aja yang lebay.



Hal apa pun pasti ada enak dan nggak enaknya, termasuk jadi jangkung seperti gue ini. Walaupun ada enak dan nggak enaknya, tapi sebenernya kita bisa nentuin apakah hal tersebut akan menjadi baik atau justru akan terus-terusan membuat kita terpuruk. Kita bisa nentuin baik-buruk dari suatu hal melalui sudut pandang yang kita ambil. Apakah kita memilih untuk bersyukur dan memanfaatkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin, atau malah lebih memilih untuk terus sibuk memikirkan kekurangan dan lupa akan potensi besar yang mengendap di dalam diri.

Meskipun tulisan ini terlihat seperti sebuah keluhan, tapi sebenernya gue cuma pengin menyadarkan orang-orang yang sangat berharap ingin tinggi bahwa jadi tinggi itu nggak selamanya enak. Buktinya gue sering kepentok, sering pegel, sering disuruh metik buah, dibilang sering makan galah, sering dimintain tinggi badan, dan sebagainya. Tapi bukan berarti gue ngelarang cita-cita mulia kalian ya. Sama sekali nggak ada niat buat begitu. Kalo emang ada kesempatan buat jadi tinggi, why not?

Kalo disuruh milih harus ngambil sudut pandang yang mana, gue pasti lebih memilih untuk bersyukur dan memaksimalkan potensi yang gue miliki. Tinggi badan yang gue miliki ini jauh lebih memiliki banyak kegunaan dibandingkan dengan kelemahan yang barusan gue jabarkan. Contohnya, dengan badan yang seperti ini gue jadi nggak harus terhalang oleh kepala penonton lain ketika nonton konser. Gue bisa mengendarai sepeda motor tanpa harus jinjit pas lagi kejebak macet. Gue juga dengan gampangnya bisa ngetekin temen-temen gue yang pendek hingga mereka keracunan.

Potensinya kok nggak ada yang penting ya?

Pokoknya gitu lah.

Untuk menutup tulisan ini, gue akan memberikan satu quote bijak untuk memotivasi kalian agar tetap semangat dalam menjalani dinamika kehidupan.



5 comments:

  1. Itu tinggi amat ya kalo dibandingin nyokap. Tapi kalo ketinggian di antara temen yang kecil juga gak enak kan disangka bawa adek :))

    ReplyDelete
  2. Iyaaap setuju. Tapi kalo terlalu tinggi emang gak minder waktu jalan sama orang yang lebih pendek dari lo

    ReplyDelete
  3. Haahahah Kalo udah dempet-dempetan di angkot gak enak tuh. Dengkulnya pegel. :))

    ReplyDelete
  4. Tapi kadang penilaian orang suka serba salah, ya. Pendek dikomentarin suruh tinggi, ketinggian juga dipermasalahin. Ckck. Apalagi kalo ada temen yang emang songong, gak cuma masalah tinggi aja. Gendut atau kurus juga.

    "Yog, kurus amat dah lu. Gue bagi juga nih lemak atau daging gue."

    GIMANA CARA BAGINYA SEMPAK?!

    Ah, bersyukur emang penting.

    Dik, tinggi lu berapa, sih? Bagi-bagi tingginya dong! Wqwqwq.

    ReplyDelete
  5. BROKER TERPERCAYA
    TRADING ONLINE INDONESIA
    PILIHAN TRADER #1
    - Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
    - Sistem Edukasi Professional
    - Trading di peralatan apa pun
    - Ada banyak alat analisis
    - Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
    - Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
    Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
    Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
    Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
    Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......

    Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!

    ReplyDelete

Kalo berkomentar yang baik-baik aja ya. Kan kalo orang baik pasti komentarnya juga baik. Kalo komentarnya jelek, mending ngaca dulu deh. Siapa tau komentar kamu sama kayak muka kamu :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...