Dari
jaman bokap gue masih suka garuk-garuk pantat pake mesin jait sampe akhirnya
jadi mesin jait yang suka garuk-garuk bokap gue pake pantat, semua orang pendek
kalo ditanya apa keinginannya pasti jawabannya selalu sama: pengin tinggi! Hal
itu terjadi karena orang-orang yang berbadan tinggi biasanya terlihat lebih
keren, lebih gagah, atau lebih ideal dibandingkan dengan orang-orang yang buat metik rumput aja masih harus jinjit. Padahal orang tinggi tuh nggak selamanya
begitu. Contohnya aja gue; cowok tinggi, kurus, kulitnya dekil, dakinya tebel, keteknya bau
limbah pabrik, udah gitu sering dicontekin pas ujian. Nggak ada keren-kerennya
kan?
Tinggi badan gue berani melawan tinggi badan nyokap. Dasar anak durhaka! |
Gue memang memiliki badan yang sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata tinggi badan orang
Indonesia pada umumnya. Badan yang jangkung ini membuat gue bangga,
karena gue biasanya jadi pusat perhatian orang-orang, terutama kalo gue lagi
berjalan di tengah keramaian. Orang-orang yang sedang berada di sekeliling gue
biasanya suka ngeliatin dengan tatapan seperti sedang heran yang dipadukan
dengan rasa penuh kebencian, seakan dia ingin bilang, “Kaki gue jangan diinjek!
Sakit, goblok!”
Meskipun
gue bangga dengan badan yang jangkung karena nggak ada hal lain yang
bisa dibanggain dari diri gue, tapi gue juga jadi sering kerepotan sendiri
akibat memiliki badan yang seperti ini. Berikut ini merupakan hal-hal yang bikin
gue kerepotan karena terlahir jangkung:
Sering kepentok
Walaupun
tinggi badan gue nggak sampe 180 cm, tapi kepala gue yang nggak ada isinya ini
sering menjadi korban dari suatu musibah bernama kepentok, kejedot, kebentur,
kerasukan Reza, dan semacamnya. Pintu angkot, pintu ruangan yang kependekan, dan
pintu ajaib milik Doraemon adalah segelintir saksi yang menyaksikan langsung
ketika jidat gue mulai memuai dan bertambah jenong setelah berbenturan dengan
mereka. Kalo ada penghargaan untuk orang-orang yang paling sering kepentok
sepanjang hidupnya, pasti gue udah terdaftar sebagai kandidat juara.
Sering pegel
Keluhan
lainnya adalah badan gue sering terasa pegel, terutama di bagian leher, pinggang,
serta punggung. Benda-benda yang ada di Indonesia seringkali tidak cocok
dipakai oleh orang tinggi. Contohnya aja Kaki-kaki mejanya di sekolah gue yang terlalu
pendek, membuat dengkul gue jadi susah masuk. Sekalinya udah masuk, dengkul gue
nyangkut dan susah keluar. Selain meja, kursi-kursi di sekolah gue juga
ngeselin. Sandaran kursinya terlalu pendek. Sering duduk berjam-jam di kursi
tersebut membuat gue menjadi lebih sering terlihat seperti kakek-kakek encok
berseragam putih abu-abu dibandingkan dengan seorang pelajar.
Itu gue abis encok, bukan kakek-kakek yang suka jualan ayam di mal. |
Sering disuruh metik
buah
Kalo
lagi musim buah tertentu yang gampang dipetik pake tangan, gue sering dijadikan
sebagai babu dadakan untuk memetik buah tersebut. Kuping gue juga udah hapal
sama kalimat perintah yang model begini:
“Dhik,
lu kan tinggi, petikin buah jambu dong!”
“Dhik,
lu kan tinggi, petikin buah mangga dong!”
“Dhik,
lu kan mesum, petikin buah dada gue dong!”
Sialnya,
kalimat perintah yang terakhir itu nggak pernah mampir di telinga gue. Itu
hanya impian kosong yang tak akan pernah terwujud. JADI TOLONG SURUH GUE UNTUK METIK
BUAH ITU! SEMUA PEREMPUAN PENDEK-YANG-BERDADA-SEBESAR-GARDU-PLN YANG
KENAL SAMA GUE, TOLONG SURUH GUE PETIK BUAH ITU!!! TOLOOONG!!!
Abis
ini pasti gue bakal diajak ke masjid sama pacar, kemudian dia akan mengambil
kotak amal untuk dipake nabokin gue sampe tewas. Setelah itu
gue akan dibaringkan di dalam keranda mayat. Kemudian gue diputer, dijilat, dan dicelupin ke dalam lobang kuburan. Yang lebih canggih, dia ngegali lobang kuburan tersebut dengan tangan dan keringatnya sendiri! Pacar gue memang
perempuan yang tangguh dan sholehah! Sedangkan gue adalah laki-laki cemen. Pipis di
toilet sekolah aja masih sering minta ditemenin. Kadang malah suka minta dipegangin.
Iya,
gue secemen itu.
Nggak
usah ngehina.
Dibilang sering makan
galah
Kucing
gue yang kerjaannya cuma kawin, tidur, dan malak tukang ikan di pasar pun mungkin
juga ngerti kalo batang bambu yang biasa dipake buat nyodok buah itu sama
sekali nggak mengandung kalsium untuk menambah tinggi badan. Tapi yang ngebuat
gue heran adalah kenapa setiap orang yang ingin menanyakan tips menambah tinggi
badan ke gue, mereka pasti langsung berasumsi kalo nyokap gue sering ngejadiin
galah sebagai menu masakan sehari-hari. Entah hal apa yang mengilhami mereka
sehingga bisa berpikir seperti itu. Mungkin karena mereka kebanyakan nelen micin.
Kucing gue kebanyakan nelen micin. |
Sering dimintain
tinggi badan
“Lu
tinggi banget sih, Dhik! Bagi-bagi ke gue dong tingginya!”
“Bagi
tinggi lu dong biar gue bisa tinggi juga!”
“Pacar
lu buat gue dong!”
Gue
nggak tau orang-orang yang suka minta tinggi badan ke gue itu selama di sekolah
belajar apaan. Walaupun gue bukan anak IPA, tapi gue nggak bego-bego banget.
Sampe hubungan antara bokap gue dengan mesin jait retak pun, tinggi badan nggak
bakal bisa disedekahin. Kalo bisa disedekahin, pasti sekarang gue nggak perlu
pake eskalator lagi untuk sampai di lantai tiga dalam sebuah mal. Agama yang
gue imani mengajarkan jika ada seseorang bersedekah, maka rezeki yang akan
balik ke dia bisa sepuluh kali lipat dari yang dia kasih. Ini pasti akan makin
menyiksa gue. Makanya gue sama sekali nggak berani untuk menyedekahkan tinggi ini ke kalian wahai kawan-kawanku yang cebol. Gue nggak mau kalo nanti gue bakal jadi susah buat nyari celana jeans yang muat. Gue nggak tega kalo nanti pipis gue
bisa membuat Jakarta makin sering kebanjiran, Bogor makin sering keujanan, dan
masyarakat Indonesia semakin dilanda kemiskinan.
Nggak
gitu juga sih. Guenya aja yang lebay.
Hal
apa pun pasti ada enak dan nggak enaknya, termasuk jadi jangkung seperti gue ini. Walaupun ada enak dan nggak enaknya, tapi sebenernya kita bisa nentuin apakah hal
tersebut akan menjadi baik atau justru akan terus-terusan membuat kita
terpuruk. Kita bisa nentuin baik-buruk dari suatu hal melalui sudut pandang yang kita ambil. Apakah kita memilih untuk bersyukur dan memanfaatkan potensi yang dimiliki semaksimal
mungkin, atau malah lebih memilih untuk terus sibuk memikirkan kekurangan dan lupa akan potensi besar yang mengendap di dalam diri.
Meskipun tulisan ini terlihat seperti sebuah keluhan, tapi sebenernya gue cuma pengin menyadarkan orang-orang yang sangat berharap ingin tinggi bahwa jadi tinggi itu nggak selamanya enak. Buktinya gue sering kepentok, sering pegel, sering disuruh metik buah, dibilang sering makan galah, sering dimintain tinggi badan, dan sebagainya. Tapi bukan berarti gue ngelarang cita-cita mulia kalian ya. Sama sekali nggak ada niat buat begitu. Kalo emang ada kesempatan buat jadi tinggi, why not?
Kalo disuruh milih harus ngambil sudut pandang yang mana, gue pasti lebih memilih untuk bersyukur dan memaksimalkan potensi yang gue miliki. Tinggi badan yang gue miliki ini jauh lebih memiliki banyak kegunaan dibandingkan dengan kelemahan yang barusan gue jabarkan. Contohnya, dengan badan yang seperti ini gue jadi nggak harus terhalang oleh kepala penonton lain ketika nonton konser. Gue bisa mengendarai sepeda motor tanpa harus jinjit pas lagi kejebak macet. Gue juga dengan gampangnya bisa ngetekin temen-temen gue yang pendek hingga mereka keracunan.
Potensinya kok nggak ada yang penting ya?
Pokoknya gitu lah.
Untuk menutup tulisan ini, gue akan memberikan satu quote bijak untuk memotivasi kalian agar tetap semangat dalam menjalani dinamika kehidupan.
Potensinya kok nggak ada yang penting ya?
Pokoknya gitu lah.
Untuk menutup tulisan ini, gue akan memberikan satu quote bijak untuk memotivasi kalian agar tetap semangat dalam menjalani dinamika kehidupan.
Itu tinggi amat ya kalo dibandingin nyokap. Tapi kalo ketinggian di antara temen yang kecil juga gak enak kan disangka bawa adek :))
ReplyDeleteIyaaap setuju. Tapi kalo terlalu tinggi emang gak minder waktu jalan sama orang yang lebih pendek dari lo
ReplyDeleteHaahahah Kalo udah dempet-dempetan di angkot gak enak tuh. Dengkulnya pegel. :))
ReplyDeleteTapi kadang penilaian orang suka serba salah, ya. Pendek dikomentarin suruh tinggi, ketinggian juga dipermasalahin. Ckck. Apalagi kalo ada temen yang emang songong, gak cuma masalah tinggi aja. Gendut atau kurus juga.
ReplyDelete"Yog, kurus amat dah lu. Gue bagi juga nih lemak atau daging gue."
GIMANA CARA BAGINYA SEMPAK?!
Ah, bersyukur emang penting.
Dik, tinggi lu berapa, sih? Bagi-bagi tingginya dong! Wqwqwq.
BROKER TERPERCAYA
ReplyDeleteTRADING ONLINE INDONESIA
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......
Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!