Hello guys. Sori
banget nih gue nggak nongol-nongol di blog ini. Akhir-akhir ini gue sibuk banget.
Kegiatan gue super banyak. Mulai dari nungguin gebetan gue putus dari pacarnya,
jualan obat tolak galau, nyapu di sevel, sibuk banget deh pokoknya. Meskipun
gue sibuk, gue tetep berusaha untuk berbagi kejadian-kejadian aneh yang terjadi
dalam hidup gue. dan kali ini gue mau berbagi pengalaman gue saat mudik. Udah
lewat lama banget sih sebenernya, tapi gue baru punya waktu sekarang buat
ngepost. Mau tau ceritanya kayak apa? Cekidot
guys.
,,,,,,
Lebaran memang sangat identik dengan yang namanya mudik.
Bisa dibilang, lebaran dan mudik itu seperti sepasang kekasih yang sulit
dipisahkan. Di Indonesia, mudik dianggap sangat penting oleh sebagian besar
masyarakatnya. Bahkan, mudik dianggap lebih penting daripada PDKT sama pembantu
tetangga sebelah. Pasti deh, setiap tahun saat menjelang hari lebaran, banyak orang
dari kota-kota besar yang berbondong-bondong mudik ke kampung halamannya masing-masing
untuk merayakan hari lebaran bersama keluarga di kampung. Transportasi
yang digunakan untuk mudik pun macem-macem jenis dan bentuknya. Ada yang naik
motor, mobil, bis, kapal laut, pesawat, kereta api, sepeda ontel, becak,
gerobak mie ayam, awan kinton, karpet terbang, sendal bakiak, macem-macem
deh pokoknya. Biar kayak orang-orang, gue juga melakukan ritual yang dianggap
sakral ini. Siapa tau aja, setelah gue melakukan ritual ini, status “jomblo” di
kartu puskesmas gue langsung berubah menjadi “lajang”. ( Oke lanjut )
Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari sabtu tanggal 10
Agustus 2013, gue diajak oleh kakek gue untuk mudik ke kampung halamannya di
kota Karawang, Jawa Barat. Gue nggak cuma mudik bareng kakek aja, gue juga
ditemani oleh tante, om serta anak mereka satu-satunya, yaitu adik sepupu gue,
namanya Rifqi. Rifqi sekarang kelas 6 SD dan dia seumuran sama adik laki-laki
gue satu-satunya, nama adik gue itu... hmmm... namanya... entah siapa nama adik
gue yang belom disunat itu, gue lupa.
Adik gue satu-satunya. BELOM SUNAT! |
Pagi-pagi banget, sekitar jam 2 lewat 360 menit, kami berangkat
dari rumah kakek gue di daerah pondok betung menuju terminal kampung rambutan
dengan menggunakan taksi. ( oh iya, kalian tau nggak pondok betung itu dimana?
Itu loh yang deket bintaro sektor 4. Masih nggak tau juga bintaro dimana? search dong di google. Dijamin... nggak
bakalan ketemu )
Selama perjalanan menuju kampung rambutan, gue berasa lagi
di alam mimpi. Kenapa? karena jarang banget gue merasakan jalanan di kota
Jakarta tercinta ini kosong melompong kayak isi dompet gue. Biasanya tuh ya,
kecepatan kendaraan di Jakarta tuh nggak jauh beda sama kecepatan para suster
ngesot yang lagi lomba balap karung. Sepertinya gue harus sujud syukur di
tengah jalan tol. Gue nggak nyangka, ternyata terbukti, lebaran itu memang hari
kemenangan. Iya, gue merasa menang atas segalanya. Kecuali satu: memenangkan
pertarungan melawan status terkutuk yang diberi nama JOMBLO. Iya, sejak jaman penjajahan belanda hingga saat ini,
gue tetaplah menjadi seorang jomblo sejati. Mungkin kalo ada kejuaraan berlama-lama
menjomblo antar kota antar provinsi, gue lah juaranya.
KOK MALAH CURHAT NYONG!
KOK MALAH CURHAT NYONG!
Jakarta kesepian gara-gara ditinggal pacarnya pulang kampung ke Pluto |
Maaf gue ngelantur terus. Kembali ke cerita mudik.
Sesampainya di terminal kampung rambutan, kami para turis dalam negeri, dengan sabar dan lapang dada menunggu bis yang akan kami cemari dan kotori tiba. Setelah beberapa lama nongkrong di wajan tukang gorengan, akhirnya bis yang kami nantikan dateng juga. FYI, kami berangkat menuju karawang menggunakan bis agra mas berwarna merah dengan plat nomer B 360 LOE. Tarif 12 ribu rupiah sekali perjalanan. ACnya dingin, nggak kalah sama AC di Pondok Indah Mall. Kursinya empuk kayak kursi di bioskop XXI. Bisnya juga dilengkapi dengan TV dan DVDserta bak mandi.
Sesampainya di terminal kampung rambutan, kami para turis dalam negeri, dengan sabar dan lapang dada menunggu bis yang akan kami cemari dan kotori tiba. Setelah beberapa lama nongkrong di wajan tukang gorengan, akhirnya bis yang kami nantikan dateng juga. FYI, kami berangkat menuju karawang menggunakan bis agra mas berwarna merah dengan plat nomer B 360 LOE. Tarif 12 ribu rupiah sekali perjalanan. ACnya dingin, nggak kalah sama AC di Pondok Indah Mall. Kursinya empuk kayak kursi di bioskop XXI. Bisnya juga dilengkapi dengan TV dan DVD
Bisnya mantep bro! |
Perjalanan menuju ke kota Karawang cukup membuat gue bosen. Meskipun
begitu, gue nggak kehabisan akal. Supaya selama perjalanan menuju Karawang
nggak ngebosenin, gue mencoba untuk melakukan hal-hal yang menurut kebanyakan
orang adalah hal yang sangat extreme untuk
dilakukan. Seperti melakukan senam kayang di dashboard bis, curhat ke supir tentang gebetan-gebetan gue, dan
hal-hal yang menantang lainnya. ( sedikit tips dari gue, kalo kalian lagi naik
bis dan ngerasa bosen, kalian harus nyobain hal-hal yang gue lakuin. Gue berani
jamin, cepat atau lambat, pasti kalian langsung diturunin dari bis. Percaya deh
)
Setelah cukup lama gue curhat tentang gebetan kepada sang
maha supir, akhrinya bis yang gue rusuhin sampe juga di kota Karawang. Karena
udah sampe, ya gue turun. Walaupun sebenernya gue belom pengen turun. Gue masih
belom puas curhat tentang gebetan gue sama sang maha supir. Gue belom pernah
nemuin orang kayak dia. Dengan ikhlas dia dengerin semua curhatan gue. Padahal
dia pake alat bantu pendengaran ( bentuknya bulet gitu, terus ada kabelnya.
Cara makenya ditempelin ke kuping. Gue sempet nanya ke dia itu benda apa. Dia
bilang benda itu namanya earphone ).
Sumpah, gue belom pernah nemuin supir sebaik dia. Gue bener-bener belom pengen
turun. Tapi karena udah sampe, ya gue turun.
Setelah turun dari bis,kami semua mencari angkot untuk
melanjutkan perjalanan selanjutnya. Nggak lama kemudian kami semua dapet
angkotnya. Sebelum naik, kakek gue bertanya-tanya dulu dengan supirnya mengenai
harga dan tetek-bengeknya. Disaat
kakek gue sedang meng-interview supir
angkot, gue memandangi keadaan sekitar gue. Dan seketika gue shock hingga mulut gue menganga kayak
jomblo kurang gizi yang abis dikerokin pake areng batu bara. Gue berfikir
sejenak “Gila! Ini kota kok banyak banget
artisnya!”. Ada yang mirip mukanya personel kangen band, ada yang mirip
rindu band, ada yang mirip miss band, pokoknya banyak deh yang mirip artis ibu
jari, eh ibu kota maksudnya. Bukan cuma mukanya doang yang mirip sama artis
papan penggilesan atas, Style anak
muda Karawang juga gahoel pisan. Rambutnya pirang gara-gara sering main
panas-panasan ( seperti main di atas kompor martabak ). terus pakaian sehari-harinya kaos
oblong warna-warni bertuliskan kata-kata yang gaul banget seperti “woles”. celana jeans yang dipakai pun super ketat kayak celana lejing penyanyi dangdut. alas
kakinya sendal yang dipakai impor dari tangerang, sendalnya bertuliskan kata-kata yang gaul seperti
“woles” juga. Kayaknya anak muda karawang itu serba woles. mungkin celana
dalemnya juga ada tulisan “woles”nya. Entahlah.
Setelah mencapai kesepakatan antara kakek gue dengan sang
supir angkot yang tampan dan rupawan tersebut, akhirnya kami masuk ke dalam
angkot untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Seperti biasa,
perjalanan gue kali ini juga membosankan. Pemandangannya pun itu-itu aja. Yang
gue liat cuma sawah, sawah dan anak alay sawah. Karena gue bener-bener
bosen dan kebetulan angin sepoi-sepoi, ya udah gue tidur. Perjalanan kali ini
terasa cukup cepat. nggak terasa gue udah sampe di kampung halaman kakek gue. padahal
gue masih belom puas tidurnya. Huvttt..
Baru aja turun dari angkot, kami semua langsung disambut
histeris bagaikan artis bau amis. Semua saudara kakek gue langsung ngerubungin
kami semua. gue berasa jadi orang penting. Gue dielus-elus, dicubit-cubit,
dijambak-jambak, ditoyol-toyol, diinjek-injek, disiram minyak tanah,
diarak-arak keliling kampung, dan kemudian dibakar. ( enggak enggak, enggak
sesadis itu ). setelah bersilaturahmi sama saudara-saudara di kampung, kami pun
langsung menuju rumah orang tuanya kakek gue untuk beristirahat sekaligus makan
siang.
Gara-gara kebanyakan curhat sama supir bis, gue jadi laper.
Solusi terbaik untuk menghilangkan rasa lapar ya emang cuma makan. Supaya gue
dikasih makan, gue menjulurkan lidah sambil menggonggong dihadapan kakek gue.
karena kakek gue merasa iba dengan keadaan cucunya, maka dengan sangat terpaksa
kakek gue menyuruh adiknya untuk mengambilkan telek kebo makanan untuk
makan siang gue. bagaikan jomblo tanpa dosa, gue makan dengan sangat lahapnya. Sebagai
seorang fakir makanan gratisan, gue dilarang keras untuk menyia-nyiakan momen
yang dimana gue diharuskan untuk makan tanpa dipungut biaya. Apalagi kalo
makanannya enak. Mustahil banget kalo nggak gue embat tuh makanan. Asal kalian
tau ya, Mubazir itu dosa. Menolak rezeki pun juga dosa. Maka terimalah rezeki
yang ada. Apalagi kalo rezekinya halal dan gratis.
Selama makan siang berlangsung, om gue menggila! Tiba-tiba
dia melancarkan aksi modusnya kepada keponakannya yang saat itu juga lagi makan
siang. Dengan kampretnya om gue ngelus-ngelus punggung keponakannya yang cantik
itu dengan dalih mau mijetin. Keren banget kemampuan om gue dalam melancarkan
aksi modusnya. Gue enggak nyangka, ternyata kemampuan modus om gue jauh lebih
hebat dari gue. dan gue lebih nggak nyangka lagi, ternyata skill modus yang gue punya ini adalah hasil warisan turun temurun
dari jaman kakek kakeknya kakek gue. #respect
tukang modus profesional |
Makan siang udah selesai, tapi om gue yang super kampret itu
masih melakukan aksi binalnya tersebut. Daripada gue muak karena cuma bisa
ngeliatin doang, mendingan gue melakukan sesuatu yang jauh lebih penting bagi
kelangsungan hidup seluruh makhluk yang
ada di dunia ini, yaitu tidur.
Lagi tidur enak-enak, tiba-tiba gue terbangun karena ada
sesuatu hal aneh yang terjadi pada tubuh gue. Gue merasakan ada sesuatu yang
mengganjal di lobang idung gue. benda tersebut berusaha keras untuk keluar dari
tubuh gue. dan jengjeng... ternyata gue kebelet boker. Tanpa berfikir panjang,
gue langsung sprint menuju jamban
terdekat. Sialnya, jamban eksklusifnya lagi dipake! Gue terpaksa harus nunggu. Selama
menunggu Siluman kadal mencret lagi bertapa di jamban, gue dihadapkan dengan pertempuran yang sangat mengerikan. gue dipaksa untuk menahan
dobrakan telek-telek yang hina itu. gue mencoba berbagai gerakan untuk menahan mereka. seperti gerakan senam lantai,
mulai dari roll depan, roll belakang, sikap lilin, sampe salto
pun gue lakukan. Tapi semua usaha gue itu sia-sia. Gue udah nggak tau lagi
harus ngapain. Telek-telek kampret itu udah bersiap-siap loncat dari ujung
jurang. Beruntunglah gue, akhirnya siluman kadal mencret keluar juga dari jamban eksklusif dan gue akhirnya bisa menggunakan jamban eksklusif untuk melangsungkan aksi
pertempuran antara gue dengan telek-telek biadab yang super kuat itu.
Pertempuran akhirnya selesai dan gue menjadi juaranya. Untuk
merayakan kemenangan, gue melakukan sejumlah kegiatan yang
sangat-sangat berbahaya untuk dilakukan oleh manusia biasa. Seperti sikat gigi,
sabunan, shampoo-an dan cebok.
Setelah mandi dan memperbaiki sedikit kerusakan pada tampang
gue, gue jalan-jalan sore untuk mencari pemandangan-pemandangan apa aja yang
keren di kampung nenek moyang gue ini. Dan ini lah pemandangan yang gue dapet:
THIS IS PEMANDANGAN! |
Muka orang ini jauh lebih hina daripada kolam yang ada di sampingnya. percayalah |
Ya, itulah segelintir dari banyaknya “pemandangan” di kampung
gue yang sangat indah dan menawan. Ada empang, kebon nyamuk, bahkan kandang ayam
beserta ayam-ayamnya ada di kampung gue. keren kan kampung gue? iya kan? Udah
iya iyain aja biar cepet.
Hari semakin gelap, adzan maghrib pun berkumandang. Sebagai
seorang muslim yang taat, gue pun langsung cabut menuju mushola setempat untuk
melangsungkan ibadah kepada Allah SWT. FYI, mushola yang gue datengin buat
sholat itu keren banget! Musholanya terbuat dari anyaman bambu gitu. Udah gitu
atapnya pendek. Dan diatasnya ada kipas warteg yang gede-gede bingit. Pas lagi
sholat rasanya horror gila. Loncat
dikit aja, putus kepala gue.
Abis sholat, gue balik lagi ke rumah kakek buat makan malem.
Kali ini gue nggak perlu ngemis-ngemis lagi. makanan udah terhampar di depan
mata. Dan kali ini gue makan dengan kalemnya. Kalem-kalem nasi abis satu bakul.
Saat gue lagi makan, gue mendengarkan sesuatu yang aneh.
Kata kakek gue, itu suara dari bedug yang diarak bareng ondel-ondel. Semacam
parade tahunan gitu. Karena gue penasaran, gue segera menyelesaikan makan dan mengajak
sepupu, om dan tente gue untuk menuju ke sumber suara. Ternyata bener,
arak-arakannya rame banget. Banyak awewe dan awowo gaul bertebaran. Gue jadi
minder. Gue minder karena gue terlihat sangat kuper dan kurang gaul. Tapi bodo
amat, gue tetep enjoy aja. Gue
ngikutin tuh ondel-ondel sampe gempor. Tapi karena gue capek mengejar-ngejar
hal yang tidak pasti, yaudah gue pulang. Sebenernya sih gue masih pengen
ngejar, tapi ondel-ondelnya apatis. dia nggak memperdulikan gue. gue udah
berusaha ngejar dia sampe gue lelah, tapi dia malah makin menjauhkan dirinya
dari gue. mungkin kami bukan jodoh. ( OKE LANJUT )
Karena gue ngantuk, gue bergegas pulang ke rumah kakek
dengan muka lecek kayak zombie gagal
move on.
BUKAN, BUKAN ZOMBIE YANG KAYAK GINI |
tapi yang kayak gini |
Sampe di rumah kakek, gue langsung tepar.
*keesokan harinya*
“ Kukuruyukgukgukmeowmeowbrottt...
” terdengar di pagi hari suara Ayam berkaki anjing berbadan kucing yang
sedang boker dengan ganasnya di deket rumah kakek gue yang berhasil
membangunkan gue dari tidur yang sangat nyenyak. Setelah bangun dari tidur,
kemudian gue menuju kamar mandi untuk membersihkan najis yang menempel pada
tubuh gue sekaligus menyetorkan telek-telek sisa makan malam.
Abis mandi, gue langsung beres-beresin barang dan pamitan
sama sodara-sodara karena hari itu gue pengen pulang ke Pinggiran Jakarta. Suasana
pamitan sangat mengharukan. Semua menahan kami untuk pulang. Tapi gue udah
pengen pulang. Kalo kakek gue nggak bisa pulang. Soalnya Kakek gue dibekam, dia
dikerangkeng di rumahnya sendiri. Alhasil, gue cuma pulang bareng adik sepupu,
om dan tante gue. Karena di kampung susah nyari kendaraan, kami minta dianterin
sampe terminal sama sodara-sodara. Dari terminal, kami naik bis Agra mas sampe
kampung rambutan. Sampe Di kampung
rambutan, kami nyari taksi untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju
pondok betung, sebuah kampung yang nggak ada di google maps. Alhamdulillah, kami sampe di pinggiran Jakarta dengan
selamat.
,,,,,,
Segitu dulu cerita pengalaman gue selama mudik yang aneh dan nggak masuk nalar logika
manusia. Jangan kapok ya baca blog gue.
TERIMA KASIH! ^_^
kamu lucu ya dhik kreatif banget sih sesuai deh sama inspirasi dan aspirasi *dan juga tabung gas 3kg* yg ditampung di jidat:3. semoga sukses kayak aku ya wkwk hayo tebak aku siapa;;)
ReplyDeleteaamiin aku didoain. jidat aku itu beautiful wonderful spektakuler. sukses apa? sukses move on? wkwkwkwk.... kamu alivia kan? :p
Deletecerita lu bagus dhik., panjang!
ReplyDeleteDijabarin semua, tapi 1 yang bikin gue enek, ngapain lu poto2in jamban segala?
Pengen muntah gue
alasan mengapa gue panjangin cerita ini adalah karena temen gue ada yang komplen. dia bilang ceritanya kependekan, maka dari itu gue panjangin.
Deletebtw itu empang ra, bukan jamban. kalo jamban sih udah nggak ada disana wkwkwk
btw lagi makasih ya ra udah mau buang-buang waktu buat baca blog gue yang aneh ini :)
ih lucu banget sih ceritanya......
ReplyDeleteni bagus buat orang yang lagi stress kek. aku........
hehehe makasih kak :)
DeleteKalo lagi stress mampir aja ke blog ini kak :D